salah satu produk harokah yang di jual |
Usaha
yang satu ini menjual banyak produk kesehatan herbal: Madu, Habatusauda, Sari
Kurma, Minyak Zaitun, Suplemen Dewasa, Burah, Susu Kambing Etawa, sekatul (serbuk
mata beras merah), Kopi ginseng pasak bumi, madu khusus ibu hamil dan menyusui,
CD pelajaran dan CD Murotal dan produk lainnya.
Produk-produk yang dijual kebanyakan dikemas sendiri
seperti madu dan sari kurma. Bahan-bahan nya sendiri berasal dari berbagai
produsen – sekitar 5 produsen. Ada sebagian bahan yang tidak terdapat di
Nusantara, dan bahan-bahan itu diimport dari Timur Tengah. Bahan-bahan yang
beli dari produsen-produsen itu dibayar dengan uang cash namun juga ada
beberapa produsen yang sudah berteman dekat dengan pemilik usaha sehingga tidak
keberatan untuk mendahulukan bahan-bahannya untuk dikirim dan kemudian dilunasi
setelah barang itu sampai ke tempat.
Selain pemasaran langsung dari toko, atau eceran, penjualan
juga dibantu oleh banyak agen dan tidak hanya dilakukan di Medan saja, namun
sudah menjangkau ke luar kota. Seperti Riau, Bagan Batu, Banda Aceh, Sigli,
Takengon, Simeulut, Padang Sidempuan, Siantar, Sibolga, dan lain-lain.
Agen-agen tersebut bertindak sebagai pemilik usaha
juga dan usaha mereka bermacam-macam. Setiap Agen memesan produk herbal
tersebut dengan jumlah banyak dan diberi potongan harga sebagai upah mereka
namun tidak boleh utang. Potongannya berkisar antara 20% – 50%. Ada 10 produk
yang bisa diberi potongan 50%. Untuk mendapatkan potongan maksimal dari tiap
produk, para Agen disyaratkan membeli paket senilai 6 juta Rupiah dan cash.
Produk yang belum sempat terjual dan mencapai masa
kadarluarsanya, dimusnahkan. Namun pemiliki usaha lepas tangan dengan produk
yang telah berada ditangan agen, karena bukan hakmilik lagi. Dan beliau
mengatakan Cuma ada satu produk mengalami nasib seperti itu.
Pemilik usaha juga membimbing agen baru. Yaitu
memberi waktu selama 3 bulan kepada agen itu mengenai barang yang tidak laku
terjual agar ditukar dengan produk yang lebih laris.
Sekarang kita menyimak cerita mengenai Modal, Ceritanya
begini:
Awalnya Bang Muhammad Rofik, S.Pdi berjualan madu
kecil-kecilan sembari ia bekerja di satu perusahaan penerbit buku ‘Gema Insani
Press’. Posisinya di perusahaan itu juga lumayan tinggi. Ia bertanggung jawab
utuk distribusi buku wilayah Sumatera selama 5 tahun. Saat itu Ia sudah
berkeluarga bahkan sebelum ia bekerja disitu ia sudah berkeluarga.
Dengan Modal 1 Juta 2 ratus 50 ribu Rupiah ia membeli madu 1
derigen. Madu tersebut dikemasnya dalam botol kecil dan siap ia pasarkan. Semula
ia sendiri yang memasarkan hingga banyak order yang deterimanya. Adakalanya ia
bergadang mengemasi madu-madu itu ke dalam botol demi pesanan yang ia harus
penuhi untuk pagi harinya.
Ketika saya bertanya kepada beliau, “bagaimana efek
penjualan secara langsung dibandingkan dengan system pesanan atau agen?”
Katanya, “ada nilai plus-minusnya masing-masing… ketika
kita menjualnya secara langsung ke pasar, perputaran produk akan menjadi lambat
namun keuntungannya akan lebih tinggi. Dan jika kita gunakan system agen,
terjadi sebaliknya…”
Kembali ke madu tadi. Dari keuntungan menjual madu yang
terus ia safety kan, ia mulai ke produk ke dua, yaitu habatusauda. Dan
seterusnya sampai ia ke produk ketiga, yaitu minyak zaitun, ia mencoba untuk
mangajukan pinjaman ke Bank-Bank, namun pihak Bank menolak karena tidak punya
agunan. Walaupun begitu seiring dengan berjalannya waktu, ada dua Bank syariah
yang menawarkan pinjaman tanpa agunan, namun bang Rofik berpikir dua kali untuk
menerimanya. Dan akhirnya ia menolak dengan alasan takut kena Riba dan tidak
syariah.
Masuk ke tahun ke-tiga perjalanan usahanya, bang Rofik menjalankan
system investasi, yang ia anggap sebagai Muddarabah, dengan seorang pengusaha
asal aceh yang sangat sering membeli madu darinya. Kerjasama itu berjangka 1
tahun. Dan hanya untuk satu produk yaitu madu, sebesar 25 juta Rupiah. Dan
setiap bulannya pembagian keuntungan dibagi beliau menjadi 80% untuk Harokah
dan 20% untuk investor asal aceh tadi. Hasilnya, setiap bulan, rata-rata,
investor tersebut memperoleh 1 juta Rupiah. Dan setelah 1 tahun maka kerja sama
itu berakhir, dan uang investor itu ia kembalikan. Namun yang menarik, invertor
tersebut tidak minta uangnya yang 25 juta itu semuanya, namun ia minta
sebagiannya dalam bentuk Madu bahkan madunya boleh di angsur, mengingat jauhnya
tempat pengambilannya.
Setalah itu, investor lain masuk lagi, dan ditermanya
dengan produk yang sama dan system yang sama, namun dengan nilai 30 juta dan
jangka waktu 3 bulan dan telah selesai dengan lancar. Dan kedepannya, Insya
Allah ada investor lagi yang mau kerja sama dengan beliau untuk satu produk
yaitu sari kurma. Namun beliau sendiri belum berani untuk menjadi investor.
Dari situlah, bang Rofik memulai usahanya yang lain,
yaitu Rumah Makan Padang Bolak, Dan menyewa 2 buah rumah berderet di pinggir
jalan sebagai tempat usaha-usahanya. Sekaligus mempekerjakan 6 orang karyawan
untuk membantunya. Sesekali ia memberikan pelajaran mengenai usaha kepada para
karyawannya itu. Dia sering mengaktakan kepada mereka “Jangan pernah berfikir
untuk kerja di sisni untuk waktu yang lama… sebentar sajalah… carilah peluang
usaha yang lain jika kalian sudah merasa mampu…” Dan sampai hari ini ia belum
pernah berhubungan dengan pihak Bank, namun dia punya keinginan untuk pinjam
uang Bank untuk membeli Rumah.
Beliau juga pernah mendengar tentang prihal Dinar
Dirham, namun ia belum mendengar penjelasan yang matang tentang itu. Malah ia
masih menganggap Dinar Dirham itu masih teori dan belum di cetak.
Menanggapi soal BBM yang akan naik, Dia akan
mengambil tindakan menaikkan harga produk yang sewajarnya.
Harokah Herbal menerima Dinar dan Dirham?
ReplyDelete